MAKALAH
AKHLAK TASAWUH
“MERASA PUAS” (RIDHA)
Makalah
ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah Akhlak Tasawuh
Dosen
Pengampu:sholihin,M.Pd.I
Disusun Oleh:
Farin Wahyu Eka Saputri
Sabitati
Suci Mutia
Susanto Adi Saputra
Kelas:A
JURUSAN EKONOMI SYARIAH (Esy)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI METRO
2018/2019 M
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatuallahi
wabarakatuh.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,dengan ini penulis panjatkan puji syukur atas
kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis,sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Akhlak Tasawuh yang berjudul “Merasa Puas
(RIDHA)”ini.
Adapun makalah ini telah penulis usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan banyak pihak,sehingga dapat melancarkan
proses pembuatan makalah ini.Oleh sebab itu,penulis juga ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
penukis dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang
lebih luas kepada pembaca.Walaupun makalah ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan.penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun.Terima kasih.
Wallahul muafiq illa aqwamittoriq
Wassalamu’alaikum warahmatuallahi
wabarakatuh.
Metro,22
September 2018
Penulis
(Kelompok IX)
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR
ISI................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUN
a. Latar Belakang....................................................................................... 1
b. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
c. Tujuan Penulis........................................................................................ 1
b. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
c. Tujuan Penulis........................................................................................ 1
BAB
II EMBAHASAN
a. Pengertian Ridha.................................................................................... 2
b. Karakteristik Sikap Ridha...................................................................... 3
c. Bentuk Prilaku Ridha............................................................................. 5
d. Nilai positif prilaku ridha....................................................................... 6
BAB
III PENUTUP
a. Kesimpulan............................................................................................ 7
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAH
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh
Allah untuk beribadah menjalankan perintah dan menjauhi larangannya baik cara yang
dilakukan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah serta dapat cobaan yang
membuat mereka semakin dekat kepada Allah atau menjauh darinya dalam kondisi
tersebut manusia harus menyadari bahwa cobaan yang diberikan oleh Allah tidak
akan melebihi batas kemampuannya Terkadang manusia beribadah kepada Allah hanya
untuk mencari dunia semata tanpa didasari oleh sikap ikhlas dan Ridha kepada
Allah sedemikian pentingnya kedudukan ikhlas dan Ridha dalam amal ibadah
Sehingga dalam Alquran sendiri sebagai sumber utama dalam ajaran Islam terdapat
banyak ayat yang membicarakan masalah ikhlas dan Ridha dalam berbagai aspeknya
Oleh karena itu sesuai dengan tema yang telah ditentukan kajian dalam tulisan
ini akan berupaya memaparkan konsep Ridha.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas dapat pendapat penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa
pengertian ridha?
2. Bagaimana
karakteristik sikap Ridha ?
3. Apa
saja bentuk perilaku Ridha?
4. Apa
saja nilai positif Ridha?
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka Tujuan
penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk
memahami pengertian ridha.
2. Untuk
memahami karakteristik sikap ridha.
3. Untuk
memahami bentuk perilaku Ridha.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ridha
Secara etimologi kata
ridha merupakan ism masdar dari kata radhya-yardha yang berarti puas,rela
hati,menerima dengan lapang dada atau pasrah terhadap sesuatu.Ridha menurut
syariah adalah menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan allah swt
baik berupa hukum(leraturan-peraturan)maupun ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan-Nya.orang yang mempunyai sikap ridha,akan dapat merasakan nikmat
yang allah SWT berikan[1].Beberapa
pengertian ridha menurut para ahli yaitu:
Ø Wjs
purwadarminta
Dalam Kbbi diartikan
rela,suka,dan senang hati.sedangkan secara istilah yaitu perasaan lega atau
kepuasan seseorang terhadap hasil prestasi yang diraihnya atau keputusan yang
diberikan eleh allah swt sebagai takdirnya,dan atau pihak lain yang harus
diterima sesuai prinsip keadilan.
Ø Imam
gozali
Ridha yaitu segala
keputusan allah swt yang merupakan puncak dari keindahan akhlak.
Ø Ibnu
‘atha
Mengatakan bahwa ridha
ialah ketentraman hati dengan pilihan allah yang qadim atas hambanya,sebab
allah tidak memilih bagi hambanya kecuali yang terbaik maka ridha kepadanya.
Ø Abu
bakar ibn thahir
Mengatakan bahwa ridha
adalah mengeluarkan rasa tidak senang dari dalam hati sehingga tidak ada lagi
perasaan selain rasa senang dan gembira.
Orang yang berhati ridha pada Allah
juga memiliki sikap optimis,lapang dada, kosong hatinya dari dengki, selalu
berprasangka baik, bahkan lebih dari itu, yaitu memandang baik, sempurna, penuh
hikmah, semua yang terjadi semua sudah ada dalam rancangan, ketentuan Allah.
Berbeda dengan orang-orang yang selalu membuat kerusakan di muka bumi ini,
mereka selalu ridha apabila melakukan perbuatan yang Allah haramkan, dalam
hatinya selalu merasa kurang apabila meninggalkan kebiasaan buruk yang selama
ini mereka perbuat, dengan kata lain merasa puas hati apabila aktivitas
hidupnya bisa membuat risau, khawatir, dan selalu mengganggu terhadap
sesamanya. Semuanya itu ia lakukan karena mengikut hawa nafsu yang tanpa ia
sadari bahwa sebenarnya syaitan telah menjerat dirinya dalam perbuatan dosa[2].
B. Karakteristik
Sikap Ridha
Pendapat
para ahli hikmah,ridha dikelompokan menjadi 4 tingkatan,yaitu:
1.
Ridha
kepada Allah SWT
Ridha
kepada Allah swt ,berarati menerima dengan sepenuh hati bahwa Allah adalah
tuhan sekalian alam yang harus kita sembah dan tidak menyekutukan-Nya.
2.
Ridha
apa yang datang dari Allah
Yaitu ridha baik dalam bentuk perintah maupun
larangan, kalau itu datangnya dari Allah, maka kita harus menerimanya dengan
sepenuh hati. Apabila seseorang tidak ridha kepada apa yang datang dari Allah
berarti ia benci kepada Allah.
3.
Ridha kepada agama Allah swt
Ridha kepada Allah swt,berarati menerima sepenuh hati
agama allah swt yang berisi aturan-aturan yang harus kita laksanakan dengan
sepenuh hati dan larangan-larangan yang harus kita tinggalkan dengan penuh
keikhasan.
4.
Ridha pada Qoda dan Qodar
Ada
sebuah kisah dari Ali bin Abi Thalib yang menerangkan tentang ridha terhadap
taqdir Allah, yaitu :
“Pada suatu hari Ali
bin Abi Thalib r.a. melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ;
“Mengapa engkau tampak bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak
bersedih hati, dua orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam
pertempuran”. Ali terdiam haru, kemudian berkata, “Wahai Ady, barang siapa
ridha terhadap taqdir Allah swt. maka taqdir itu tetap berlaku atasnya dan dia
mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak ridha terhadap taqdirNya maka hal
itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus amalnya”.
Ada dua sikap utama
bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha
dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah
keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara
sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya
dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya
musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah
swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya
selalu tertanam sangkaan baik (Husnu-dzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang
ridha ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan
semakin mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.
Dalam suatu kisah Abu
Darda’, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu anggota
keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah
swt. Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka. “Engkau benar, sesungguhnya Allah
swt. apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu
diterima dengan rela atau ridha.
Begitu tingginya
keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di akhirat
derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah
swt. dalam situasiapapun.
Itulah ketiga kelompok ridha menurut baitul hikmah,
namun ada beberapa pendapat mengatakan ridha kepada perintah orang tua juga
ridha kepada peraturan atau Undang-undang negara[3].
C. Bentuk Prilaku Ridha
Adapun bentuk prilaku
ridha yang dapat kita wujudkan dalam prilaku yaitu sebagai berikut:
1. Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha
atau iktiar dan penuh tanggung jawab.
2. Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria
untuk dikagumi hasil usahanya.
3. Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada allah swt,atas segala
nikmat pemberian-nya.Hal ini adalah upaya untuk mencapai tingkat tertinggi
dalam perbaikan akhlak.
4. Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan
kemampuan, seperti aktif dalam kegiatan sosial,kerja bakti, dan membantu orang
tua dirumah dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.
5. Menunjukan kerelaan atau ridha terhadap diri sendiri dan tuhannya dan juga
ridha terhadap kehidupan takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah,dan
terhadap perolehan rizeki atau karunia Allah swt.
6. Mampu mengambil hikmah dari segala ketentuan allah swt,agar kita tidak
mudah menyerah dan putus asa.
7.
Rela menerima setiap takdir yang sudah
ditentukan allah dan berkeyakinan bahwa dibalik takdir baik maupun buruk
tersimpan rahasia dan hikmah yang berharga.
Ridha kedudukannya lebih tinggi daripada sabar. Karena
ridha lebih berat dalam prakteknya. Seseorang mungkin bisa bersabar ketika
mendapat musibah, tapi sangat sedikit yang bisa ridha. Seseorang mampu bersabar
meskipun mendapat musibah yang berat, dia mampu mengekang dirinya untuk tidak
menangis dengan menjerit, berteriak dan lain sebagainya. Akan tetapi sangat
sedikit orang yang mampu untuk merasakan senang dan bersukur dan menganggap
segala keputusan Allah adalah yang terbaik.
Oleh karena itu Umar bin Khattab berkata: “ jika
engkau mampu meraih ridha maka raihlah dan apabila tidak mampu maka
bersabarlah.”
Ibnu Tamimiyah juga berkata:” ridha yang wajib adalah
kedudukannya setara dengan sabar yaitu ridha bagi pemula. Adapun ridha tingkat
tinggi adalah ridha yang mengandung ketenangan jiwa yang sempurna.”[4]
D. Nilai Positif Perilaku Ridha
Rida merupakan kesadaran diri, perasaan jiwa, dan
dorongan hati yang menyebabkan seseorang berkenaan sepenuh hati untuk menerima
apa yang didapat ataupun yang dihadapi dengan penuh semangat dan rasa kasih
sayang.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sikap ridha :
1.
Menciptakan suasana batin yang puas, lega, bahagia
2.
Membawa ketentraman jiwa dan kesejahteraan rohani
3.
Menghilangkan kebencian
4.
Mendorong memikir positif
5.
Mendorong pelakunya beramal sholeh
6.
Akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. (surga)
karena ia selalu ingin mendapat ridlo dari Allah SWT
Syeh Abdul Qadir Jailani menandaskan bahwa ridha akan
meringankan hidup manusia, membuat tenang, tentram, menghilangkan rasa gundah,
capek, dan kegelisahan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan
pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa ridha adalah salah satu akhlak
terpuji yang memiliki pengertian menerima dengan senang hati atas segala yang
diberikan allah swt.Ridha menurut baitul hikmah
dikelompokkan menjadi 4 yaitu ridha kepada allah,ridha apa yang datang dari
allah,ridha kepada allah Swt dan ridha pada qodo’ dan qodar allah.Bentuk
prilaku ridha salah satunya yaitu rela menerima setiap takdir yang sudah
ditentukan allah dan berkeyakinan bahwa dibalik takdir baik maupun buruk
tersimpan rahasia dan hikmah yang berharga.selain itu prilaku ridha juga
terdapat nilai positifnya,seperti menghilangkan kebencian,menciptakan suasana
batin yang puas,lega dan bahagia.kita juga perlu untuk membiasakan ridha dalam
kehidupan sehari-hari kita,namun tidak semudah membalikan telapak tangan karena
semua itu memerlukan proses yang bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.Totok Jumanjoro.M.A. Kamus Ilmu
Tasawuh : hal
54
Amin Munir Samsul. Ilmu Tasawuh
: (Jakarta : hal 175)
Azra Azyumardi.Ensklopedi
Tasawuf
. (Bandung
: Angkasa.2008)